Masih Kenang Tenggelamnya Tank Amphibi di Ranu Grati
NIZAR masih ingat, pagi itu banyak warga yang mendatangi Ranu Grati. Selain mencari siput, sebagian warga hendak menonton prajurit TNI dari Yon Zipur 10, hendak berlatih di Ranu Grati. Kegiatan itu sejatinya sering digelar. Tapi, Nizar yang saat itu masih duduk di kelas 4 SD, ingin kembali melihat dari dekat tank amphibi.
“Sejak saya masih kecil, tidak hanya Yon Zipur 10 yang sering berlatih di sini (Ranu Grati). Tapi TNI AL juga sering. Siapa yang tidak suka melihat kendaraan tempur,” kata Nizar yang saat ini menjadi Kades Ranu- klindungan.
Ketika itu, ada tujuh tank yang ada di lokasi. Seperti biasa, saat pasukan mulai berbaris, warga mulai berkumpul. Mereka hendak menyaksikan tank amphibi yang pada zaman itu merupakan kendaraan tempur canggih, masuk ke danau.
“Saat itu dari tujuh tank, di urutan pertama seperti mengalami macet. Lalu tank di urutan nomor 5, menyalip dan masuk duluan,” kenang Nizar.
Saat itulah ratusan warga dikejutkan dengan suara kalang kabut dari komandan yang memimpin latihan. Tank dikabarkan tenggelam. Nizar masih ingat, dari tujuh tank yang masuk, hanya enam yang kembali ke daratan.
“Satu tank yang berisi 22 pasukan, tak muncul ke permukaan. Tapi waktu itu kami tak berani bertanya,” imbuh Samanhudi, Kasun Bandingan.
Semenjak itulah cerita tentang tenggelamnya tank amphibi yang di dalamnya berisi 22 pasukan, menjadi cerita gempar. Warga semakin meyakini bahwa ada hal mistik dari kejadian tersebut. Warga pun hanya mendengar cerita bahwa itu adalah insiden. Sejak saat itu, warga tak pernah lagi menyaksikan ada latihan menyelam di Ranu Grati.
“Sebulan setelah kejadian itu, monumen peringatan dibuat. Sampai kini, sekali dalam setahun ada acara tabur bunga yang dilakukan TNI. Begitu pula dengan kerabat pasukan yang tenggelam. Mereka masih ada yang berziarah meski tak sering,” terang Samanhudi.
Menurut Nizar, pasca kejadian itu, sebenarnya ada beberapa TNI yang pernah menyelam. Tujuannya untuk mencari bangkai tank, atau pun mencari penyebab. “Tetapi, tidak ada yang pernah menemukan. Bahkan dari cerita penyelam yang masuk,mereka tidak berani menyelam terlalu dalam ke Ranu Grati. Kabarnya, ada banyak lapisan air yang menjadi konstruksi di Ranu Grati,” beber Nizar sembari diiyakan Samanhudi.
Menurut cerita banyak orang, insiden tenggelamnya tank amphibi, sejatinya sudah ada firasat. Bahkan, sempat ada yang mengingatkan agar latihan ditunda untuk beberapa jam. Alasannya, saat itu pasukan belum pamit.
Di latihan sebelumnya, pasukan atau komandan, pamit ke Solihati yang dikenal menjadi juru kunci. Ada ritual sesembahan yang harus dilakoni. “Tapi katanya, pada 17 Oktober 1979, ritual itu tidak digelar. Hanya komandan yang memimpin latihan, menghiraukan saat diingatkan.
Alasannya, latihan serupa sudah sering. Terlebih Ranu Grati hanyalah danau. Bukan lautan lepas seperti yang biasa TNI lakukan,” kata Samanhudi. Kesan angker di Ranu Grati itu, sampai kini masih dipercaya. Tak jarang jelang 1 Suro, sejumlah warga desa menggelar ritual petik danau.
Warga berdoa dan memberi sesembahan berupa sesajen yang dibuang di tengah danau. Ritual seperti itu, begitu banyak diikuti warga. Termasuk para pemilik kerambah ikan, dengan harapan budidaya ikan bisa menguntungkan. (radar)